arti

Angka 7 sering kali dianggap memiliki keajaiban khusus berkaitan dengan unsur-unsur kehidupan alam dan manusia, termasuk keajaiban untuk anak. Surat pertama dalam Al-Qur’an juga terdiri dari 7 ayat, langit yang menaungi kita terdiri dari 7 lapis, selama 1 minggu kita menelusuri kehidupan dalam 7 hari. Kita juga sering mendengar istilah 7 keajaiban dunia, 7 turunan, kembang 7 rupa hingga pusing 7 keliling. Apa sebenarnya arti angka 7 dalam kehidupan kita? Dalam tulisan ini, saya tidak akan membahas arti dan keajaiban angka 7 secara rinci dan menyeluruh, tetapi akan sedikit berbagi mengenai arti angka 7 berkaitan dengan keajaiban tumbuhkembangnya anak, serta pola asuh dan pendidikan yang diterapkan orang tua. Hal ini dapat kita jadikan dasar pemahaman mengenai siklus kompetensi dan pertumbuhan anak.
Menurut Bobbi De Porter, penulis Quantum Learning yang juga President Learning Forum Supercamp Oceanside California USA, pendidikan seorang manusia harus didesain dengan rumus ajaib 7 x 3, yaitu:
  • 7 tahun pertama, biarkan anak bebas bermain dan tidak boleh ada hukuman.
  • 7 tahun kedua, kenalkan anak mengenai baik dan buruk, serta hukumlah anak apabila melakukan hal-hal yang buruk.
  • 7 tahun ketiga, berikan anak alternatif-alternatif dan biarkan mereka memilih.
Bobbi De Porter menemukan “rumus” tersebut pada tahun 1999. Akan tetapi, ternyata penemuannya itu bukan merupakan ide orisinilnya. Bobbi mengutip “rumus” tersebut dari ”pendapat” Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa ”Biarlah anak-anak kalian bermain dalam 7 tahun pertama, kemudian didik dan bimbinglah mereka dalam 7 tahun kedua, sedangkan 7 tahun ketiga jadikanlah mereka senantiasa bersama kalian dalam musyawarah dan menjalankan tugas.”
Bila dicermati dan direnungi, rumus 7 x 3 Bobbi yang bersumber dari Rasulullah SAW tersebut dapat kita petakan sebagai berikut :
  • 7 tahun pertama merupakan masa emas anak, ia adalah raja yang harus diperhatikan segala kebutuhan dan keinginannya
  • 7 tahun kedua merupakan masa menaati bagi anak, ia adalah pembantu yang harus taat dalam menjalankan perintah dan aturan
  • 7 tahun ketiga merupakan masa kerja bagi anak, ia adalah pelaku kehidupan yang mulai menjadi menteri, bertanggung jawab terhadap tugas dan perannya.
Pemetaan tersebut memberikan gambaran mengenai pola pendidikan yang seharusnya dikembangkan orang tua sebagai insan yang dititipi amanah Allah SWT. Orang tua berhak untuk memiliki harapan terhadap anak-anaknya dan berkewajiban mendidiknya. Keinginan dan harapan (ekspektasi) orang tua terhadapa anak-anaknya harus diimbangi dengan kemampuan memberi dan memahami kebutuhan juga fungsi anak itu sendiri dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini, harapan umumnya orang tua terhadap anaknya tidak lepas dari faktor “keunggulan” dan “benefiditas” (kebermanfaatan) dari segi kecerdasan otak, kesehatan fisik dan mental maupun kemuliaan akhlak, baik bagi dirinya, orang tuanya, agamanya maupun bangsanya.
Realisasi dari ekspektasi tersebut bisa diaplikasikan dalam bentuk pola asuh dan cara mendidik yang bermacam-macam, sehingga tingkat keberhasilannya pun menjadi variatif. Oleh karena itu, rumus 7 x 3 ini dapat dijadikan dasar pemahaman mengenai pentingnya menerpakan pola pendidikan yang seimbang dan sinambung antara optimasi otak, pembinaan mental spiritual dan pembinaan moral melalui akhlak mulia sebagai bekal anak dalam tiap tahap kehidupannya, sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW dalam hadits-haditsnya.
Lalu, apa arti angka 7 yang sebenarnya dalam rumus 7 x 3 ini bagi orang tua dalam mendidik anak-anaknya agar sesuai dengan harapannya?
Arti yang utama menunjukkan bahwa keberhasilan mendidik anak tidak diperoleh tanpa upaya atau perjuangan. Jika kita ingin berhasil dalam 7 tahun ketiga, maka memaksimalkan upaya di tahun kedua adalah harus, dan mengoptimalkan 7 tahun pertama anak adalah syarat mutlak. Keberhasilan di 7 tahun pertama dan kedua merupakan modal dasar keberhasilan di 7 tahun ketiga. Jika 7 tahun pertama dilalui orangtua dengan cara yang salah, maka di 7 tahun kedua, orang tua akan mengalami banyak hambatan dalam berkomunikasi dengan anaknya, dan di 7 tahun ketiga, anak tumbuh menjadi pribadi yang kehilangan esensi dan inti energi kehidupan, yaitu hati, kepercayaan dan moral.
Coba kita renungi berbagai peristiwa yang menggambarkan pentingnya ketepatan pola asuh dan pendidikan dalam keluarga. Jika kita mau belajar dari pengalaman, banyak orang tua yang salah melakukan pendekatan, sehingga hubungan orang tua-anak tidak harmonis dan ketika si anak dewasa ia “jauh” dari orang tuanya. Di sisi lain, saat itu orang tua justru “membutuhkan” perhatian dan kasih sayang anak-anaknya. Karena adanya “jurang” akibat pendekatan dan komunikasi yang tidak jernih, anak bisa “mengabaikan” bahkan “melupakan” orang tuanya. Naudzubillah min dzalik.
Lalu bagaimana bentuk pendekatan dan cara efektif yang seharusnya dilakukan orang tua dalam setiap tahapan 7 tahun tersebut? (Insya Allah, mengenai ini saya share di tulisan berikutnya).
Yang dapat kita renungkan dari angka 7 ini ialah bahwa angka 7 jika dikalikan 3 memiliki arti yang signifikan bagi kehidupan anak dalam sebuah keluarga. Ada makna keajaiban untuk anak berkaitan dengan cara mendidik anak, serta harapan orang tua akan kebermanfaatan atau kebergunaan anak-anaknya dalam hidupnya. Ada pembelajaran mengenai pentingnya kecerdasan secara menyeluruh, baik intelektual, emosional maupun spiritual, sehingga anak-anak tumbuh pintar, bermoral dan berakhlak karimah. Semoga bermanfaat. (Nia Hidayati)
 contohnya :
tanggal 7 Januari
Gerak-geriknya cepat, otaknya jernih dan ambisius, bragasan dan mudahsekali tersinggung, suka mengecam orang tanpa khawatir akan akibatnya.